Dunia maya heboh pianis Ananda Sukarlan walk out waktu gubernur anies baswedan berpidato pada program peringatan 90 tahun kolese kanisius yg digelar pada jiexpo kemayoran, jakarta pusat, sabtu 11 november 2017.
Kolese kanisius merupakan SMA yg terletak di kawasan menteng, jakarta pusat. Dalam acara 90 tahun hari jadinya, kolese kanisius memberikan penghargaan pada alumni yang dianggap membawa perubahan serta mempunyai prestasi dan andil pada karier yang mereka jalani.
Ananda, sebagaimana kita memahami, mempunyai peran yang gemilang pada global musik pada skala internasional. Dia menjadi galat satu penerima penghargaan dalam acara itu.
Perilaku ananda yang memilih keluar ketika anies berpidato menuai polemik yg panjang. Dalam pidato penerimaan penghargaan, ananda mengkritik penyelenggara.
“justru kita di kanisius itu menghargai perbedaan. Jadi bukan memakai disparitas itu menjadi bahan memecah belah.”
“(penyelenggara) kita sudah mengundang seseorang yang mendapatkan jabatannya dengan cara-cara yg tidak selaras integritas dan nilai-nilainya menggunakan cara-cara yang diajarkan sang kita seluruh di kanisius,” ungkap ananda pada atas podium.
Apa yg dilakukan ananda itu atas keputusan pribadi. Dia tidak mewakili pihak manapun selain dirinya sendiri. Namun, hoax dan rekaan membumbui peristiwa ini. Pada selasa 14 november 2017, metrotvnews.Com menghubungi ananda via whatsapp buat meminta konfirmasi langsung soal apa yg sebenarnya terjadi.
“ada yg bilang saya teriak-teriak naik kursi, itu enggak benar. Kejadiannya, aku duduk di kursi vip yang berada pada bagian depan, (bangku) angka 2 dari depan, sedangkan pintu keluar ada di belakang. Jadi, jika aku berdiri memang kelihatan. Saya berdiri serta walk out dengan sopan sebab aku enggak mau menghambat orang yg ingin mendengarkan pidato pak anies. Situasinya aku berdiri dan ke belakang mirip orang ingin ke toilet.”
“sesudah itu terdapat beberapa yang ikut keluar, namun bukan sebab provokasi saya. Itu bukan (tindakan) komplotan, kami tidak keluar seluruh. Duduk saya terpisah asal sahabat-sahabat, karena aku duduk vip buat terima penghargaan. Aku enggak berkomplot dengan sahabat-sahabat. Itu peristiwa impulsif. Itu sahih-benar inisiatif aku , bukan berasal siapa-siapa," jelas ananda.
Melihat aneka macam rumor yg beredar di jagat internet, ananda menyayangkan warganet yg tidak mencerna info secara sahih. Bahkan berita merembet ke persoalan lain, seputar kepercayaan dan politik.
“ada sebuah website yg menulis aku itu kristen. Tolong jikalau mau rekaan riset dulu, kanisius itu katolik. Bukan kristen. Saya sendiri islam. Jika mau memfitnah saya, lebih baik fitnah aku katolik. Tolong jelaskan pula bahwa ini tidak terdapat kaitannya menggunakan (kolese) kanisius. Pidato aku justru mengkritik (kolese) kanisius. Pidato saya tidak mengkritik anies baswedan. Pidato saya mengkritik panitia acara. Pidato saya juga tidak teriak-teriak seperti hitler. Buat aku (pidato) itu cukup santun."
Pada obrolan singkat, ananda juga menceritakan latar belakangnya yang tumbuh di lingkungan penuh keberagaman. Ananda belajar mengaji sewaktu mungil. Beliau pula banyak membaca kitab wacana agama lain. Termasuk memelajari ajaran katolik, hindu, serta buddha.
“bagi aku , apa yang baik saya terapkan,” istilah ananda.
“jadi, saya eggak kepikiran antiagama apapun, termasuk kepercayaan saya sendiri. Ini bukan soal sara dan politik. Untuk website yg fitnah saya kristen, tolong fitnahannya diganti jadi katolik, karena anda ingin menyerang kanisius. Tolong jangan disamakan antara katolik dan kristen,” lanjut ananda.
Di akhir percakapan, ananda menegaskan para penebar kebencian dan info bohong hendaknya lebih “cerdas” pada menebar isu.
“mohon untuk memfitnah lebih baik lagi, anda wajib memahami bahwa kolese kanisius itu hanya buat laki-laki . Jadi sebutan siswa-siswi sipit itu galat. Rekaan.”
Kolese kanisius berdiri pada 1927. Dalam misi pendidikannya, sekolah ini melahirkan sejumlah tokoh berpengaruh, di antaranya soe hok gie, rhenald khasali, besar tanjung, fauzi bowo, sofyan wanandi, peter gontha, ade rai, serta wimar witoelar.
Comments
Post a Comment